Thursday, April 9, 2009

BATAVIA AIR DITUNTUT KARENA PILOT DAN PRAMUGARI MESUM DIPESAWAT

banyaknya kecelakaan pesawat yang menimpa maskapai penerbangan indonesia akhir2 ini tak hanya disebabkan oleh gangguan mesin atau kesalahan tekhnis saja,mungkin juga karena faktor manusianya juga..


Penumpang mana yang tak terkejut saat mengetahui pilot pesawat yang ia tumpangi ternyata sedang asyik bermesraan bersama pramugari di luar ruang kabin pengemudi (cockpit). Apalagi, ulah pilot itu terjadi 20 menit sebelum pesawat mendarat.

Hal ini yang membuat tiga penumpang pesawat Batavia Air cemas sekaligus marah. Mereka menilai tindakan pilot tersebut membahayakan keselamatan penumpang. Ketiga penumpang tersebut adalah Suharyono, Rr. Isti Hardiyanti, dan R. Hari Santoso.

Ketiga penumpang ini lantas menggugat pilot, pramugari, dan PT Metro Batavia selaku pemilik maskapai Batavia Air ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Selain itu, penggugat juga menyeret Direktur Jenderal Perhubungan Udara dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Kemarin (6/4), pengadilan seharusnya menggelar sidang pertama atas gugatan itu. Namun, majelis hakim yang diketuai Panji Widagdo menunda sidang lantaran pihak yang hadir belum lengkap.

Gugatan ini berawal ketika ketiga penumpang menggunakan pesawat Batavia Air dengan rute Jakarta - Surabaya - Balikpapan pada 28 November 2007 lalu. Saat penerbangan dari Jakarta menuju Surabaya, ketiga penumpang ini menyaksikan pilot berinisial IF dan pramugari berinisial L sedang bermesraan di ruangan pramugari. Saat itu, kendali pesawat berada di tangan copilot. Si pilot baru memasuki ruangan cockpit beberapa menit menjelang pesawat mendarat di bandara Juanda, Surabaya.

Pengacara ketiga penumpang Dedyk Eryanto Nugroho menilai, tindakan kedua awak pesawat ini tidak sesuai dengan standar operasional penerbangan dan membahayakan keselamatan penumpang. Ia menuding perbuatan itu melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.

Karena itu, penggugat menuntut agar pengadilan menghukum para tergugat dengan membayar ganti rugi material sebesar Rp 1 miliar dan immaterial sebesar Rp 1 miliar. Selain itu, penggugat menuntut agar Batavia Air memberhentikan pilot dan pramugari tersebut dan meminta maaf atas perbuatan itu secara terbuka.

Sayangnya, pihak Batavia Air belum mau menanggapi gugatan penumpang terhadap para awaknya ini. "Saya belum mau berkomentar," kata Samuel Tobing, kuasa hukum Batavia Air.

Sunday, March 29, 2009

ADAKAH BISNIS ESEK-ESEK DITIMUR TENGAH?

CERITA seram tentang nasib perempuan asing di Arab Saudi kerap jadi oleh-oleh jemaah haji Indonesia. Kisahnya cukup membikin bergidik handai tolan di kampung. ''Katanya ada perempuan dilarikan sopir taksi di hadapan suaminya. Sampai kini tak ketahuan nasibnya,'' begitu bunyi satu cerita, yang tambah seram dibumbui ekspresi takjub penuturnya.

Cerita berikutnya, ada jemaah haji wanita diperkosa dan dibunuh di kamar mandi. Pelakunya, menurut cerita tadi, diperkirakan lelaki Arab yang mengenakan abaya (jubah penutup seluruh tubuh) perempuan. Tapi, ada cerita lain yang tak kalah mencengangkan: ''Jemaah haji ternyata sering ditawari berkencan dengan perempuan nakal asal Indonesia''. Busyet!
Kabar burung tentang perempuan diculik sopir taksi, atau diperkosa dan dibunuh di kamar mandi, mungkin saja isapan jempol. Setidaknya, bisa dipastikan kisah itu tak menimpa jemaah haji Indonesia. Lucunya, cerita itu yang biasanya justru dipercaya.

Tapi terhadap cerita praktek prostitusi, tidak sedikit yang membelalakkan mata: apa iya ada pelacuran di sana, melibatkan orang Indonesia pula? Maklum, Arab Saudi kadung diidentikkan tempat suci. Lagi pula, negeri minyak itu menerapkan hukuman keras bagi pelaku perzinahan: bisa dirajam! Siapa yang berani coba-coba?
Logikanya memang begitu. Faktanya, prostitusi yang melibatkan perempuan Indonesia meruyak di sana. Sebagian saudara kita yang malang itu terbukti digaruk polisi setempat. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jacob Nuwa Wea, menyebutkan, 118 wanita Indonesia ditahan di penjara atas sangkaan prostitusi. Ikut ditahan, tiga mucikari, juga orang Indonesia. Mereka terjaring razia sejak tahun lalu. ''Sangat memalukan,'' kata Jacob kepada Rini Anggraini dari GATRA .

Laporan Utama: Praktek pelacuran merambah pula ke Mekah dan Madinah. Kaki tangan germo, biasanya lelaki Indonesia, Pakistan atau Bangladesh, tak segan menawarkan jasa perempuan pemuas syahwat asal Nusantara. Seorang jemaah haji Indonesia menuturkan, saat di Mekah, ia sempat ditawari jasa itu, namun ditampiknya. ''Tadinya saya tidak percaya,'' katanya, masygul.Diperkirakan, sedikitnya ratusan perempuan Indonesia terjebak menjadi budak pemuas nafsu kaum lelaki di sana. Kaum hawa itu berusia 20-30 tahun. Ada pula pelacur dari Filipina, Afrika, Syria, Lebanon dan Yordania. Disinyalir, praktek pelacuran ini mulai marak sejak beberapa puluh tahun silam. Ketika itu Saudi mengimpor tenaga kerja besar-besaran, termasuk dari Indonesia.

Pelacur Indonesia sangat mencolok karena paling banyak dan berkelas jalanan. Sebagian besar gentayangan di Jedah, kota industri dan perdagangan yang lebih bebas di banding kota-kota lain di Saudi. Dari sekitar 1,6 juta penduduknya, seperempatnya ekspatriat mancanegara. Terbanyak berasal dari Indonesia, Filipina, Pakistan, dan India.

Tidak sulit mengintip aksi mesum perempuan Indonesia, khususnya di Jedah. Wartawan GATRA melaporkan, mereka biasanya mejeng di banyak tempat, di antaranya di sekitar toko Bandung atau Restoran Bali di distrik Syarafiyyah. Para perempuan itu nongol pukul 23.00 menumpang taksi. Mereka mengenakan abaya dan kerudung, namun dibiarkan agak terbuka menampakkan kepala, rambut, dan leher.

Menurut Mamad, sebut saja begitu, sopir taksi asal Indonesia di Jedah, abaya dan kerudung terbuka merupakan isyarat tambahan bahwa si perempuan bisa diajak bermesum. Konon, warga Arab sudah ser-seran dibuatnya. Maklumlah, hal-hal yang langka memang lebih mengundang rasa ser-seran. Maraknya peredaran gelap VCD porno juga jadi pendongkrak syahwat.
Para pramusyahwat tadi tak perlu mejeng lama-lama. Sejurus berselang, biasanya satu per satu dijemput lelaki hidung belang, menggunakan taksi atau mobil pribadi. Ke mana mereka bergelut? Kalau si hidung belangnya Arab, biasanya ''main'' di hotel. Mereka jelas berduit, meski tak royal.

Bila si lelaki orang Pakistan atau Bangladesh, pasangan mesum itu biasanya melepas hajat di imarah alias apartemen, mirip rumah susun. Imarah tadi bisa tempat tinggal lelaki hidung belang bersangkutan, bisa pula hunian temannya. Si hidung belang ini umumnya sopir taksi atau pekerja kasar.
Toko Bandung (GATRA/Abdullah)Di sana, menyelundupkan wanita bukan muhrim ke imarah sudah jadi perkara mudah. Peraturan pemerintah setempat yang mensyaratkan penyewaan apartemen harus dengan bukti ailah atawa surat keluarga, tidak berlaku ketat. Di samping itu, pemilik imarah juga jarang mengontrol. Jadilah pasangan-pasangan itu bercinta sesukanya tanpa risih atau waswas.

Berapa harga keringat pramunikmat tadi? Pelanggan boleh beda, tapi bayarannya nyaris selalu sama. Untuk kencan singkat, rata-rata syarmuth Indonesia itu cuma dibayar 50 riyal, atau sekitar Rp 150.000. Bayaran ini jauh lebih rendah dibanding pelacur Filipina, yang meski sama-sama kelas jalanan, bayarannya mencapai 200 riyal. Dijajarkan dengan bayaran pelacur Arab yang 500 riyal sekali kencan singkat, nilai cewek kita makin melorot.
Syarmuth Indonesia juga sering dipesan semalaman. Tarifnya 200 riyal. Celakanya, sering digambreng oleh empat lelaki, yang masing-masing membayar cuma 50 riyal. ''Itulah liciknya warga Arab,'' ujar seorang sopir taksi yang tahu banyak perihal prostitusi. Herannya, cewek Indonesia jarang protes.

Memang, ada kalanya syarmuth Indonesia mendapat pelanggan Arab cukup royal yang mau membayar 100 riyal atau lebih. Itu bila perempuannya cantik dan pandai merayu. Bagi syarmuth, bayaran ini jelas jauh menggiurkan dibanding menjadi pembantu rumah tangga yang bergaji 400-600 riyal sebulan penuh
Apa boleh buat, pelacur Indonesia di sana telanjur dikenal sebagai barang murahan. Sampai-sampai melekat julukan melecehkan: abu khomsin. Dalam bahasa Arab artinya barang seharga 50 riyal. Dibandingkan dengan harga sebuah jam tangan biasa, ia cuma bernilai seperempatnya. Kalau dipadankan dengan kudapan di sana, si ''abu khomsin'' hanya setara lima mangkok bakso.

Flat di Distrik Bawadi Jeddah (GATRA/Abdullah)Tidak jarang, lelaki hidung belang memanggil syarmuth Indonesia sebagai siti rohmah. Sepintas, kedengaran indah, karena berarti wanita pemberi kasih sayang. Namun, panggilan itu diucapkan dengan cibiran dalam nada dan makna berkonotasi syahwat. Menyedihkan.Sudah begitu, mereka kerap pula dicemooh pelanggan, menyangkut --maaf-- servis di kasur. ''Barang wanita Indonesia kecil, permainannya pelan,'' begitu komentar seorang sopir taksi dari Bangladesh kepada GATRA, sambil mencibir. Padahal, menurut seorang syarmuth asal Jawa Barat, sebut saja Yuyun, setiap kali kencan, mereka berupaya maksimal mengimbangi pasangannya.

Namun Yuyun mengakui, orang Arab, India atau Bangladesh bertenaga besar. Soal daya tahan? ''Ah, sama saja dengan orang kita, ada yang lama, ada sebentar,'' kata Yuyun, mesam-mesem. Perempuan 23 tahun ini mengaku baru beberapa bulan melacur setelah kabur dari majikannya di Mekah. Katanya sih, ia belum lama menjadi pembantu rumah tangga di sana. Ia kabur atas bantuan sopir taksi orang Indonesia, yang belakangan justru menjerumuskannya ke dunia prostitusi. Sayang ia tidak mau cerita lebih banyak.
Menurut keterangan yang dikumpulkan GATRA , tenaga kerja wanita (TKW) yang kabur dari tempat majikannya sangat berpotensi menjadi pelacur. Soalnya, si ''dewa penolong'' lebih sering kawanan kaki tangan mucikari. ''Ada semacam sindikatnya,'' kata Abdul Wahid Maktub, mantan Konsulat Jenderal RI di Jedah tahun 2001-2002.

Kawanan sindikat itu biasanya sudah mengincar mangsanya sejak tiba di Kedutaan Besar RI atau kantor konsulat di Arab Saudi. Kawanan ini dengan mudah memperoleh nomor kontak dan alamat calon majikan si TKW. Beberapa waktu berselang, si TKW dikontak, ditanyakan bagaimana keadaannya. Jika TKW tidak betah-bisa lantaran disiksa, gaji tidak dibayar, atau mengalami pelecehan seksual-- ia dibujuk agar kabur. Si TKW percaya karena merasa sesama orang Indonesia
TKW Siap Berangkat di Cengkareng (GATRA/Wisnu Prabowo)Lalu diaturlah agar TKW membuang sampah, atau berbelanja. Kemudian dijemput mobil. Pakaian abaya memungkinkan si TKW berlagak sebagai muhrim sang penjemput. TKW pelarian tadi dibawa ke penampungan milik mucikari. Biasanya berupa apartemen, atau gedung bekas hotel yang disewa bulanan. ''Hampir di tiap kota di Saudi ada penampungan ini,'' kata Wahyu Susilo, Sekretaris Eksekutif Konsorsium Pembela Buruh Migran Indonesia, kepada Rury Feriana dari GATRA.

Menurut penuturan Syafril Syafei, seorang sopir yang pernah bekerja di Mekah kepada Yohansyah dari GATRA, dari penampungan itulah para TKW pelarian tadi dijerumuskan ke dunia prostitusi. Mereka tak berdaya. Sudah tak ada uang, surat identitas tercecer pula. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang mengirimnya juga tak mau tahu lagi.
Modus seperti ini berlaku pula bagi TKW yang datang dengan visa umroh. Atau, para TKW yang nekat kabur begitu saja dari majikannya. Mereka luntang-lantung di negeri orang, dan akhirnya jatuh ke tangan germo. Sebagian di antaranya memang pernah menjadi perek di Tanah Air. Walhasil mereka gampang nyemplung lagi ke praktek nista itu.

Awalnya, para TKW pelarian menjadi simpanan sopir penolongnya. Ada yang dinikahi secara sirri, ada pula yang ''ditancap'' begitu saja. ''Setelah kenyang, dijual ke temannya dengan bayaran 50 riyal sekali pakai,'' kata Ustadz Fudoili, aktivis Partai Keadilan Arab Saudi, yang banyak memantau masalah pelacuran ini.

Belakangan, sebagian syarmuth itu lebih suka memilih pelanggan mukimin (orang asing yang menetap di Arab) non-Indonesia. ''Sekarang, kalau (main) dengan orang Indonesia saya malu,'' kata Lulu, nama samaran pelacur asal Kalimantan.
Aktivitas esek-esek yang ini memang diatur cukup rapi. Umumnya mucikari melayani pesanan lewat telepon selular (ponsel). Pelanggan cukup mengirim SMS, syarmuth diantarkan sopir taksi yang dipercaya mucikari. Tempat ''penjajakan'' dilakukan di pasar swalayan atau di rumah sakit. Bila cocok, pasangan itu segera menuju apartemen atau hotel.

Tapi, tidak sedikit dijumpai syarmuth Indonesia yang beroperasi sendiri. Para wanita penghibur ini menggunakan beberapa trik. Bisa dengan menyebar nomor ponselnya, atau kadang mejeng langsung. Di Madinah, misalnya, mereka berkeliaran di warung dan pertokoan dengan menyematkan pita kecil berwarna merah di pundaknya.

Penjara Briman (GATRA/Abdullah)Lelaki hidung belang biasanya mahfum. Kalau syur, ia langsung menggandeng si wanita. Selanjutnya terserah mereka. Kadang, justru si lelaki yang aktif memberi sinyal bahwa ia butuh cewek. Caranya, berjalan bolak-balik sembari memainkan jari tangan.
Acap lelaki Arab kelewat agresif. Mengira setiap perempuan Indonesia adalah perek, hingga main sosor sembarangan. Kontributor GATRA Abdullah dan Wahid di Saudi melaporkan, di keramaian sering terlihat lelaki Arab mengejar setiap perempuan Indonesia sembari menyodorkan nomor ponselnya. Maksudnya, minta dihubungi guna mengatur kencan. ''Akibatnya, sering kejadian saling hardik,'' tutur H. Abdullah Umar, staf Konjen RI di Jedah.

Sebetulnya, praktek prostitusi ini sudah lama dan jadi rahasia umum di Saudi. ''Kami sudah tahu sejak 1980-an. Di Mekah, pelacurnya orang kita semua,'' kata Ustadz Habib Muhammad Rizieq, Ketua Umum Front Pembela Islam, kepada Luqman Hakim Arifin dari GATRA. Gusar dia.

Herannya, selama ini jarang ada razia oleh polisi setempat. Kabarnya, polisi kesulitan menangkap pelaku zina yang kerap berlindung dibalik ''ayat'' perkawinan sirri. Rumor lain yang belum dikonfirmasi, polisi main mata dengan pelaku prostitusi, termasuk mendapat jatah ''dilayani''.Entah kenapa, baru setahun lalu kepolisian getol merazia. Ratusan mukimin Indonesia kena garuk. Sebagian karena tidak punya dokumen keimigrasian lengkap, sebagian lagi -118 wanita plus tiga pria-- disangka terkait prostitusi. Ada yang malah tertangkap basah bermesum. Harian Okaz yang terbit di Jedah, Februari silam melaporkan perihal seorang wanita Indonesia digrebek sedang bermesraan dengan lelaki Thailand di Mekah.

Kini para tersangka meringkuk di penjara briman, Saudi. Menteri Jakob Nuwa Wea telah meminta bantuan KBRI di Riyadh untuk membantu penyelesaian kasus itu. Namun, sejauh ini pihak KBRI baru mengirim penerjemah. Bantuan hukum belum diupayakan kongkrit.

Suasana Tempat Penampungan TKI di Jeddah (Dok. GATRA/Mauludin Anwar)Terkuaknya kasus prostitusi ini kembali menunjukkan amburadulnya nasib TKW di luar negeri, khususnya di Saudi. Betapa tidak, di rumah majikan mereka kerap disiksa dan dilecehkan secara seksual. Tidak jarang ada yang sampai hamil, dan melahirkan anak di kampung halaman. ''Ada TKW diperkosa majikannya, kemudian dipaksa melacur di Mekah,'' tutur Salwa dari Solidaritas Perempuan, mengutip pengaduan yang masuk ke lembaga itu pada 2000.
Ketika kabur dari tindasan majikan, mereka disambar teman sebangsa sendiri untuk dijadikan pelacur, dengan harga banting pula. ''Citra Indonesia sudah busuk di sini (Arab). Martabat bangsa telah jatuh ke titik terendah,'' ucap Ustadz Fudoili, yang sangat aktif di Islamic Center Jedah.

Semua itu terjadi lantaran TKW kelihatan bodoh dan penakut. ''Sehingga sama sekali tak punya posisi tawar,'' kata Iva Kusuma dari divisi hukum Solidaritas Perempuan. Maklumlah, TKW yang dikirim kebanyakan orang udik yang tak berpendidikan.

Selain itu, setiba di tujuan, praktis tak ada koordinasi sama sekali dengan PJTKI yang memang tak peduli, atau KBRI. Rekan sebangsa pun tega mematuk mereka. Dalam pandangan Brigjen Aryanto Sutadi, Direktur I Keamanan dan Transnasional Mabes Polri, semua karakter tadi, ditambah sikap suka ''gelap-gelapan'' dari TKW/TKI, membuat kasus itu sulit diberantas.

Itulah sebabnya, jauh sebelum kasus prostitusi ini terkuak lebar, sudah kencang desakan agar pemerintah menyetop pengiriman TKW ke Arab. Toh, program itu jalan terus, demi devisa. Baru setelah sejumlah negara Islam menyetop pengiriman tenaga kerjanya ke Saudi, pemerintah RI menetapkan larangan serupa, Februari 2003.
Tapi, tiga bulan berselang larangan itu dicabut. Habib Rizieq kecewa. ''Seharusnya pengiriman TKW distop total. Harga diri bangsa lebih penting daripada devisa,'' ujarnya. Mudah-mudahan, suatu ketika suara-suara bermartabat semacam itu direspon serius pemerintah.

Taufik Alwie, Sujud Dwi Prastisto, dan Mahrus Ali (Arab Saudi).
[Laporan Utama, GATRA, Nomor 33 Beredar Senin 30 Juni 2003]
>

Monday, March 16, 2009

PAKISTAN MEMANAS,AS HARUS WASPADA DENGAN TRAGEDI 11 SEPTEBEER


WASHNGTON - Sebuah tim yang dipimpin mantan agen ahli CIA untuk masalah Timur Tengah Bruce Riedel menegaskan agar Presiden Barack Obama lebin intens untuk membina hubungan dengan Pakistan dan Afghanistan.
Dalam laporan yang dihubungkan dengan Dewan Keamanan Nasional (NSC), juga memfokuskan untuk menggandeng kelompok Taliban yang lebih moderat dan menghabisi militan di samping memberikan pembinaan untuk kalangan sipil
Sementara media Inggris Telegraph melihat laporan itu merupakan cara AS untuk menangkal terulangnya tragedi 11 September (11/9).


Riedel yang memimpin NSC selama tiga masa pemerintahan presiden AS meyakini, jika AS tidak mengambil langkah serius terhadap Pakistan, negara itu akan menjadi "universitas teroris" dan akan menjadi ancaman serius bagi keamanan nasional AS dan Eropa. Bahkan lebih serius dibanding Afghanistan.Seorang sumber Gedung Putih menyatakan, Riedel pernah mengatakan jika kebijakan AS terhadap Pakistan gagal, ini akan menjadi mimpi paling buruk sepanjang abad 21.

"Apa yang kami perhatikan beberapa pekan belakangan merupakan peringatan. Pemerintah Pakistan nampaknya tidak mampu untuk mengontrol militer dan intelijennya. Daerah pedesaan dan pinggiran merupakan wilayah surga bagi para teroris," kata Riedel

Tuesday, March 10, 2009

PARAH!LAPINDO JEBOL LAGI TENGGELAMKAN PABRIK



SIDOARJO - Kondisi semburan lumpur Lapindo semakin mengkhawatirkan. Luberan dari tanggul pusat semburan yang jebol sehari sebelumnya kemarin memakan korban. Sebuah parbrik tiang pancang, PT Pasific Prestress Indonesia (PPI), tenggelam oleh luapan air bercampur lumpur
Lokasi pabrik seluas tiga hektare itu mulai terendam sekitar pukul 04.00. Saat itu lumpur mulai melewati tanggul pembatas kolam Jatirejo dan bangunan pabrik. Alirannya cukup deras, sehingga dalam hitungan jam seluruh bangunan telah tenggelam.

Posisi pabrik PPI memang lebih rendah dibanding tanggul utama. Yaitu, sekitar 2 meter di bawahnya.

Beruntung, evakuasi mulai dilakukan Senin (9/3) malam. Begitu ada tanda-tanda air di tanggul terus naik, pihak pabrik mulai mengevakuasi barang-barang berharga miliknya. Terutama, berkas administrasi perusahaan dan alat-alat berat untuk produksi. Untuk sementara, alat-alat berat diungsikan di dekat tanggul terluar. Yaitu, di belakang pos pantau Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).

Plan Manager PPI Karsono mengaku sudah ada rencana pindah. Namun, dia belum menemukan tempat yang baik. Sebab, usaha yang dilakukan PPI membutuhkan lahan luas. Selain itu, akses harus bisa dilalui truk kontainer besar. "Kami masih mencarinya," ujarnya.

Karsono menjelaskan, 90 persen berkas perusahaan terselamatkan. Namun, hasil produksi masih berada di dalam lahan pabrik dan kini terendam. "Kalau sudah ditanggulangi, hasil produksi itu bisa kami ambil kembali," ucapnya.

Pabrik tersebut pernah terendam. Namun, bisa difungsikan kembali dengan cara menyedot air dan lumpur dengan pompa.

Sementara itu, Vice President PT Lapindo Brantas Inc Yuniwati Teryana mengatakan, Perpres No 14 Tahun 2007 tidak mengatur secara spesifik terhadap perusahaan. Dalam perpres tidak disebutkan agar Lapindo Brantas Inc membayar perusahaan di dalam peta terdampak. "Tapi, selama ini melalui PT Minarak, Lapindo tetap membantu mereka," katanya.

Penyelesaian itu dilakukan dengan skema bussines to bussines. Namun, lanjut dia, hingga saat ini belum ada kesepakatan antara Lapindo Brantas Inc dan PPI.

Secara terpisah, Humas BPLS Achmad Zulkarnain mengaku belum ada langkah penanganan tanggul yang jebol. Hingga kemarin lumpur masih terus mengalir. Jika dibiarkan, lumpur akan menggenangi kolam terluar. "Padahal, kolam terluar berbatasan langsung dengan Jalan Raya Porong," ujarnya.

Karena Raya Porong merupakan akses utama penghubung Sidoarjo-Pasuruan dan Malang, upaya penyelamatan akan dilakukan seoptimal mungkin.

Bernoulli Dibahas di ITS

Sementara itu, diskusi tentang upaya penutupan semburan lumpur dengan menerapkan hukum Bernoulli kemarin (10/3) dihelat di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Hadir pada diskusi tersebut, antara lain, CEO Jawa Pos Dahlan Iskan, peneliti dari ITS Djaja Laksana, konsultan engineering Prof Yozef Tupamahu, Deputi Operasional BPLS Sofian Hadi, Rektor ITS Prof Priyo Suprobo, Tim LPPM Prof Nyoman Sutantra, dan beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu.

Dalam diskusi tersebut, dipaparkan metode penutupan lumpur dengan hukum Bernoulli. Yakni, memanfaatkan tekanan gravitasi untuk menahan semburan lumpur. Seperti yang sering diungkapkan di media, teori itu diterapkan dengan membuat tanggul di sekeliling semburan.

Tanggul tersebut dibuat dengan memancangkan pipa melingkar di sekeliling pusat semburan. Dengan cara itu, air yang tertampung di permukaan akan kembali turun melalui pipa. Lalu, lumpur yang tertinggal bakal mengendap. Dengan mengandalkan gaya gravitasi, lumpur akan menekan dan menutup pusat semburan.

Berdasar pemaparan itu, muncul perdebatan. Salah satunya saat Dahlan mempertanyakan seberapa besar tekanan dari pusat semburan. Menurut Dahlan, untuk menerapkan hukum Bernoulli, harus diketahui besarnya tekanan dari dalam. Selain itu, harus bisa diperkirakan tinggi tanggul yang bakal dibangun. "Nah, siapa yang tahu ukuran tekanan lumpur tersebut?" tanya Dahlan.

Pertanyaan itu ditanggapi Yozef. Dia mengatakan, untuk mengetahui tekanan, diperlukan mengetahui kedalaman semburan tersebut. Sementara itu, pihak yang mengetahui kedalaman tersebut adalah Lapindo Brantas Inc. "Sebab, mereka yang mengebor," ucapnya.

Pernyataan itu dibantah Djaja. Dia mengatakan tidak perlu mengetahui kedalaman. Melainkan, hanya diperlukan mengetahui tekanan di atas permukaan. Dia menyebut, saat ini tekanan semburan mencapai 10 PSI (pound per square inch). Akhirnya disepakati, kedalaman semburan mencapai 9.000 feet atau sesuai dengan kedalaman pengeboran Lapindo Brantas Inc.

Sementara itu, dari Jakarta dilaporkan, penyelidikan dugaan pelanggaran berat HAM dalam kasus semburan lumpur Lapindo mulai dikonkretkan. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menunjuk lima orang komisionernya untuk memimpin tim ad hoc projustisia guna menyelidiki semburan lumpur

Recent Coment

Recent Post

  © Free Blogger Templates 'Greenery' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP